Periode I Jokowi, Utang BUMN Meningkat Pesat Lho
Jakarta, CNBC Indonesia - Per akhir Agustus tahun ini, Bank Indonesia (BI) mencatat jumlah Utang Luar Negeri (ULN) sektor swasta mencapai US$ 197,21 miliar. Dari jumlah tersebut, US$ 51,07 miliar atau Rp 723,11 triliun adalah utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Meskipun proporsi ULN BUMN terbilang kecil dibandingkan dengan total ULN sektor swasta, yakni hanya 25,89%, namun nilai tersebut tumbuh sekitar 40% dibandingkan posisi tahun sebelumnya. Jauh melampaui pertumbuhan ULN swasta secara umum yaitu 9,3% YoY.
PILIHAN REDAKSI
Investor Asing 'Caplok' BUMN Migas, Negara Ini Dilanda Demo
Makin Bengkak, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 5.553,5 T
Utang Luar Negeri BUMN Naik 40% Setahun, Sudah Kebablasan?
Dalam laporan yang ditulis 11 September 2019, Moody's Investor Service (Moody's) menyebutkan bahwa BUMN di Indonesia menunjukkan performa utang yang mengkhawatirkan karena memiliki kemampuan manajemen utang implisit paling rendah dibandingkan dengan negara lain.
Hal ini terutama mengingat banyak perusahaan pelat merah di Tanah Air yang mengalami masalah terkait tingginya rasio utang, seperti PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF).
Sebagai informasi, riset Moody's merangkum performa utang BUMN di 17 negara kawasan Asia Pasifik, kecuali China.
Lebih lanjut, jika menelusuri pertumbuhan utang BUMN, terutama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan BUMN yang menerbitkan obligasi, terlihat bahwa dalam 5 tahun terakhir, jumlah utang emiten BUMN melesat 66,39% dari Rp 2.966,37 triliun menjadi Rp 4.935,78 triliun.
Tabel di atas menunjukkan sejak Desember 2014 hingga paruh pertama tahun ini, jumlah utang PT Hutama Karya (Persero) melesat 1061,76% alias lebih dari 11 kali lipat menjadi Rp 58,3 triliun dari sebelumnya Rp 5,02 triliun.
Lalu diikuti oleh PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang meningkat 960,84% ke level Rp 103,72 triliun di semester I-2019 dari Rp 9,78 triliun di Desember 2018.
BUMN karya mencatatkan pertumbuhan utang paling tinggi, tapi dari sisi total nilai maka emiten BUMN perbankan menduduki posisi teratas. Namun emiten perbankan mencatatkan jumlah utang paling besar, apalagi bank BUKU IV, tapi itu merupakan Dana Pihak Ketiga (DPK) dicatatkan dalam struktur liabilitas.